RSS

Dan Brown: Digital Fortress

Kisah Dan Brown kali ini berfokus pada seorang kriptografer (pemecah kode) muda ber-IQ tinggi bernama Susan Fletcher yang bekerja untuk National Security Agency (NSA). Sebuah organisasi pemerintah yang paling berpengaruh di seluruh dunia. NSA mengumpulkan data intelijen elektronik dari seluruh dunia dan melindungi informasi rahasia milik Amerika Serikat selama lebih dari separuh abad. Hanya tiga persen dari penduduk Amerika yang sadar akan keberadaan agensi teresebut.

Selain Susan Flectcher, tokoh yang terlibat dalam kisah ini adalah kekasih Susan, David Becker, seorang profesor muda yang memiliki kelebihan berbicara dalam berbagai bahasa (yang saya ingat bahasa Spanyol, Italia dan Mandarin).

Fasilitas Crypto yang merupakan tempat Susan bekerja memiliki suatu teknologi bernama TRANSLTR. Suatu teknologi yang berfungsi untuk memecahkan berbagai macam kode yang dikirimkan antar organisasi penting di dunia. Masalah muncul ketika TRANSLTR, yang biasanya hanya membutuhkan waktu enam menit untuk memecahkan satu kode, membutuhkan waktu lebih dari delapan belas jam untuk satu kode.

Kode tersebut merupakan hasil karya Ensei Tankando. Seorang mantan kriptografer yang dulu bekerja di NSA, namun karena ketidaksetujuannya dengan ide sang Komandan mengenai pengawasan penggunaan internet oleh masyarakat dunia, akhirnya Ensei pun berusaha 'mengacaukan' TRANSLTR melalui email dengan nama samaran NDAKOTA-- North Dakota.

Komandan Strathmore sebagai Wakil Direktur NSA memerintahkan David untuk mencari cincin berisi kunci sandi untuk kode tersebut. Pencarian pun berlangsung di Spanyol. Taman Sevilla, rumah sakit, wanita panggilan, klub Embrujo, hingga berakhir di gereja Sevilla dilalui David hanya untuk mendapatkan cincin yang memiliki kunci sandi.

Satu per satu pun kebenaran terkuak; obsesi sang Komandan untuk mendapatkan Benteng Digital, cintanya terhadap Susan Fletcher dan alasan Strathmore mengirim David ke Spanyol.

Materi novel ini akan terasa seperti 'kuliah' singkat pengenalan algoritma karena isi dari bab-bab awalnya kita akan membaca istilah-istilah algoritma seperti chaos theory, PGP, Diffie-Helman, ZIP, IDEA, El Gamal, Lucifer, brute force dan masih banyak lagi. Selain itu, novel ini menjelaskan sedikit tentang awal mula penciptaan kode, tujuannya dan orang yang pertama kali membuatnya.

In the end, buku ini sangat recommended selain karena temanya yang sarat mengenai penciptaan teknologi, yang keberadaannya tidak disadari manusia, tentu saja karena penulisnya adalah Dan Brown. Sang maestro dalam menciptakan karya tulis yang selalu berhasil menggabungkan sejarah dan fiksi. Pesannya pun sederhana, tidak ada kode yang tidak dapat dipecahkan.

Selamat berburu Benteng Digital.

ATJT ZCZKZG IDMDKZ CTMHZ


A Flashback: The Corrs




The Corrs-Unplugged (Full Acoustic Concert)

Halo semua..
Dari judulnya pasti udah kenal dong siapa yang mau "dikepoin" di tulisan kali ini. Jangan bilang yang generasi 90-an gak tau. Terlalu..

Well, I watched their video of acoustic concert on youtube a couple nights ago. You know what? It became so tearful when I see it. It's amazing to remember how dazzling their performance was..

Karena saya kangen dengan band yang satu ini dan gak ada kerjaan, akhirnya saya memutuskan HARUS membuat satu judul untuk mereka.

Ada yang bilang, "setiap orang ada masanya..". Yang kalau diterjemahkan, mungkin, tidak ada kejayaan seseorang yang abadi. Seperti yang dialami oleh The Corrs. 

Jean dan Jerry Corr memulai hidup bersama di kota kecil Dundalk, Irlandia, sekitar 30 mil dari Dublin. Mereka adalah pasangan musisi yang berkeliling Irlandia melalui pub-pub. The Corrs adalah sebuah band beraliran folk rock yang berasal dari Dundalk, Irlandia yang terdiri dari tiga perempuan dan seorang anak laki-laki dari keluarga Corr.

Andrea-Vokal, Thin Whistle



 Andrea Jean Corr lahir 17 Mei 1974 dan berhasil meletakkan tangannya di atas piano saat ia masih bayi. Si bungsu berwajah manis ini merupakan vokalis utama The Corrs. Setelah The Corrs berhasil merilis album MTV unplugged, Andrea terpilih sebagai cewek musik pop terseksi ke-tiga setelah Louise dan Britney Spears. Mengalahkan Mariah Carey dan Jennifer Lopez.

Info selengkapnya mengenai Andrea The Corrs

Sharon-Biola, Vokal


Sharon Helga Corr lahir pada tanggal 24 Maret 1970 dan mulai main piano yang sama juga pada umur 4 th, karena terpengaruh melihat orang tuanya bermain di pub. Sharon mulai mengambil kursus biola pada umur 7 th. Selain posisinya yang berperan sebagai pemain biola, Sharon juga menjadi backing vokal untuk adiknya, Andrea, yang menjadi vokal utama. Sharon telah menikah dengan seorang pengacara bernama Gavin Bonnar. Profil lengkap Sharon The Corrs 


Caroline-Drum, Perkusi, Vokal


Caroline Georgina Corr lahir pada tanggal 17 Maret 1973 dan mulai bermain piano juga sekitar umur 4 th. Caroline mulai bermain drum agak terlambat, yaitu saat ia berumur 18 th ketika ia diajari oleh pacarnya. Selisih setahun setelah kelahiran Caroline, lahirnya si bungsu dalam keluarga Corr. Caroline telah menikahi seorang pria bernama Frank Woods. Bersama dengan Sharon, mereka mengurus sebuah pub milik neneknya bernama McManus's. Profil lengkap Caroline the corrs

Jim-Gitar, Keyboard, Vokal


Ini dia cowok satu-satunya dan yang selalu terlihat cool di The Corrs. James Steven Corr (dikenal dengan sebutan Jim) lahir tanggal 31 Juli 1964 dan mulai bermain piano pada umur 4 tahun. Jim meningkatkan kemampuan bermusiknya atas didikan tetangganya yang mengajarinya gitar pada umur 9 th. Bisa dibilang Jim merupakan leader dari band ini karena usianya yang paling tua. Dan dialah yang berperan besar dalam penulisan lagu dan sebagai komposer band. Tak hanya bermain musik dan mencipta lagu, dia juga terlibat dalam produksi,mixing sekaligus juga editing. The Corrs tak pernah akan menjadi The Corrs tanpa “lelaki” di dalam grupnya. 


Dalam perjalannya The Corrs telah menghasilkan beberapa album yang tidak pernah "tidak laku" di pasaran, di antaranya: forgiven, not forgotten (1995), Talk on Corners (1997), In blue (2000), Borrowed Heaven (2004), Home (2005). Yang paling saya suka adalah album Best of The Corrs (2001) karena album itu berisi semua lagu-lagu The Corrs yang booming di pasaran.

At the end, saya gak begitu berharap The Corrs kembali eksis karena lagu-lagunya merupakan karya yang never die. Cocok didengarkan oleh kalangan apa pun dan gak akan lekang oleh waktu.. 


"I'll be at your side, there's no need to worry
Together we'll survive through the haste and hurry
I'll be at your side
If you feel like you're alone, and you've nowhere to turn
I'll be at your side" - At Your Side


sumber: andycorr.8k.com/biografi.html, id.wikipedia.org/wiki/The_Corrs

Dulu, Sekarang, Yang akan datang.


2003

Masih nyata di ingatan pertama kali aku menjejakkan kaki sebagai murid baru di sana. Masih nyata di ingatan juga bagaimana aku melihat seorang pria yang selanjutnya menjadi 'idola'-ku selama dua tahun berikutnya. Terbuai penggambaran pangeran impian ala teenlit berhasil membuatku buta bahwa banyak sisi yang dapat membuat seseorang masuk dalam keadaan yang disebut jatuh cinta. Naif, bodoh, too much expectation. Ya, sifat khas ABG. Sampai aku menghadapi sebuah realita.


2005
  
Sang Pangeran yang ku puja mati-matian pun akhirnya pergi. Bukan pergi dalam arti sebenarnya. Tapi lebih memilih wanita lain yang levelnya tentu saja lebih tinggi dari sekedar ABG naif nan bodoh. Dan IQ-nya pun lebih tinggi. Sedangkan aku? terdiam, menangis, terdiam lagi, sampai akhirnya lupa sama sekali dengan eks-Pangeran dan sangat bersyukur karena telah 'dianugrahi' sifat pelupa ini. Hingga suatu hari......

Masih 2005

"Kenapa gak deketin si itu aja?". Begitulah bisikan dua orang teman yang terdengar ngaco tapi sedikit menggugah rasa penasaranku. Setelah bersikap naif, seperti biasa, akhirnya sifat alami yang terpendam dalam diriku pun muncul. Seducting. Alias menggoda. Jangan berpikir menggoda ala tante-tante yang sering ditampilkan dalam film, tapi menggoda yang memakai pendekatan halus. Teknikalnya cukup aku, dia dan para "pemeran" pembantu yang tau. Pelan tapi pasti got yaa..

2006

Senang? Iya, tapi hanya sesaat. Karena pendekatan yang memakan waktu menahun itu hanya menghasilkan waktu satu bulan. Mengenaskan. Perbedaan lokasi sekolah dan jadwal kegiatan akhirnya mampu memisahkan kita. 

2006-2009

Kami bahagia tapi dengan caranya masing-masing. Tetap berkomunikasi, bertukar cerita. Aku jujur apa adanya, dia tertutup. Dan ketertutupannya yang diam-diam seperti merenggut kebahagiaanku. Senyumku tidak sama lagi untuknya.

If I was given a chance to get him back, I would promise to not throw him away....

2011

Semua kembali normal. Semua berjalan lancar. Selancar internet yang baru berlangganan di rumah. Sebagai pengguna baru, segala macam sosial media rutin di-update. Tuntutan pergaulan. Dan di sana aku 'bertemu' dia lagi. Sebenarnya sebelum berbincang di sosial media pun kami sering saling memberi kabar. Walaupun kembali berstatus sebagai teman tapi rasa peduli itu tetap ada, tetap ingin menawarkan apa pun yang terbaik buat dirinya yang seringnya hanya dibalas dengan ucapan "tidak usah, terima kasih". 

Kembali berbicara banyak melalui sosial media membuat percakapan kami kembali intens. Mulai dari kegiatan sehari-hari sampai bernostalgia mengenai hubungan yang lalu. Dan sampailah pada saat itu. Saat dia menyatakan kembali keinginannya seperti dulu. Jawabanku?. Iya. 

2013

Banyak hal-hal yang jauh lebih berat yang dihadapi dan tentunya lebih dewasa. Ini bukan zaman SMA yang kalau bosan tinggal cari yang baru. Setidaknya pemikiranku dulu begitu. Keadaan kami berdua berbeda. Tapi justru perbedaan itu yang membuatku yakin kalau dialah penyeimbang yang aku cari selama ini. Aku hidup dengan segala kemudahan. Dia hidup dalam dunia perjuangan. Lama-kelamaan aku melihat dan mengamati, bahwa selama ini Yang Maha Kuasa memberikanku kesempatan untuk menjadi saksi dari seorang tokoh besar yang sedang tumbuh dan berjuang melawan segala keterbatasan. Dan bagaikan penonton yang setia, aku tidak akan melewatkannya. Pelan tapi pasti, semuanya akan terbukti...

Yang Akan Datang..

Mungkin terlalu angkuh bila seorang manusia membicarakan masa depan. Yang aku tau, doaku saat SMA terkabul. Sempat ada ragu untuk melanjutkan, tapi seperti biasa, dia berhasil mengembalikan keyakinan itu kembali. Tidak ada yang tau apa yang akan terjadi. Cerita malam ini kubiarkan tak terjawab. Kenapa? karena sang waktu yang akan menjawab melalui segala doa yang kami panjatkan..


23:47
Untuk seseorang yang kusebut "Penyeimbang".  

 


The 3rd Spell: Man Saara Ala Darbi Washala.

Man jadda wajada: Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil.

Man shabara zhafira: siapa yang sabar akan beruntung.

Man saara ala darbi washala: siapa yang berjalan di jalannya akan sampai di tujuan.

Begitulah bunyi dari ketiga 'mantra' yang disampaikan oleh Ahmad 
Fuadi. Seorang lulusan Pesantren Madani yang sukses meraih 9 beasiswa dan berhasil mengelilingi separuh dunia. Sesuai judulnya, saya tidak akan membahas ketiga buku sekaligus, tapi hanya 'mantra' ke-3. Man saara ala darbi washala.




 Sepulangnya dari pertukaran pemuda ke Kanada, Alif dihadapkan pada dua masalah. Uang kuliah dan bayar kos. Dengan segala upaya yang dilakukan, Alif berhasil diterima untuk menulis kolom tetap di koran ternama Bandung. Namun tanpa diduga, segala kemudahan yang telah didapatkan hilang dalam waktu singkat. Sekembalinya dari Singapura sebagai visiting student yang didapat setelah menyelesaikan skripsi, Alif harus menelan kenyataan pahit bahwa krisis moneter telah merubah rasa percaya dirinya. Lulus pada kondisi yang kurang tepat, ditambah kewajiban sebagai anak tertua di keluarga membuat Alif harus berjuang mati-matian mendapatkan pekerjaan. Berbagai penolakan diterima sampai pada akhirnya ia berhasil mendapatkan masa percobaan di koran ternama yang keberadaannya sempat dibredel pada zaman pemerintahan orde baru.

Lingkungan baru, teman-teman baru, sampai akhirnya bertemu dengan teman hidup didapatkan Alif pada masa-masa perjuangannya sebagai jurnalistik. Di sinilah perjalanan seorang Alif Fikri dimulai. Terdorong oleh persaingan ketat antara Alif dan sahabat kecilnya, Randai, Alif berjuang mendapatkan Fulbright Scholarship di Amerika. Negara impiannya saat masih 'mondok' di Gontor bersama sahibul menara.

"Berlelah-lelahlah, maka manisnya hidup akan terasa setelah kau berlelah-lelah" - Imam syafii

Tak terhitung malam dan kerja keras yang telah dilakukan Alif untuk mencapai impiannya. Semua usahanya terbayar. Diterima di Gorge Washington University. Bertemu Mas Garuda yang akhirnya menjadi 'kakak' selama di Amerika, walaupun akhirnya kita akan kehilangan sosok Mas Garuda di akhir cerita karena tragedi 9/11. Dan....menikahi gadis impiannya yang ditemui di tempat kerja.

Apa sih yang mau disampaikan di blog ini? pasti banyak bertanya-tanya. All I wanna say is "this is a must-read book". Bahwa untuk mendapatkan apa yang diinginkan banyak pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran yang harus diberikan. Saya ingat bang Fuadi pernah bilang "beasiswa bukan untuk orang pintar tapi untuk yang mau berusaha". Singkat kata, melebihkan usaha di atas rata-rata. 

I think that's all for this time. Since I was a newbie writer, please, critics and advices are very very welcome. for the last, I would like to give you some favorite quotes from this novel. Here we go!

"Merantaulah. Gapailah setinggi-tingginya impianmu. Bepergianlah. Maka ada lima keutamaan untukmu. Melipur duka dan memulai penghidupan baru, memperkaya budi, pergaulan yang terpuji, serta meluaskan ilmu." - Prolog. Syair-syair Imam Syafii.

 

"jika kau bukan anak raja dan juga bukan anak ulama besar, maka menulislah" - Al-Ghazali.

 

"aduwwun aqilun khairun min shadiqin jahilin" (lawan yang pandai lebih baik daripada teman yang bodoh) - hal.371

 

"dalam hidup ini kita pada hakikatnya adalah perantau. suatu saat kita akan kembali pulang. mungkin ini makna lain dari man saara ala darbi washala. siapa yang berjalan di jalannya akan sampai tujuan. bukan hanya tujuan kebahagiaan dan keberhasilan dunia tapi tujuan hakiki. ke tempat dulu kita berasal. ke Sang Pencipta."- hal.358

 

You

this space almost killed what I have
but not yours..

I tried to get a distance
but you still at the same place..

standing gently, waiting for hope bravely
never run away although every single thing gets tougher..

ya, it's you..