RSS

Dulu, Sekarang, Yang akan datang.


2003

Masih nyata di ingatan pertama kali aku menjejakkan kaki sebagai murid baru di sana. Masih nyata di ingatan juga bagaimana aku melihat seorang pria yang selanjutnya menjadi 'idola'-ku selama dua tahun berikutnya. Terbuai penggambaran pangeran impian ala teenlit berhasil membuatku buta bahwa banyak sisi yang dapat membuat seseorang masuk dalam keadaan yang disebut jatuh cinta. Naif, bodoh, too much expectation. Ya, sifat khas ABG. Sampai aku menghadapi sebuah realita.


2005
  
Sang Pangeran yang ku puja mati-matian pun akhirnya pergi. Bukan pergi dalam arti sebenarnya. Tapi lebih memilih wanita lain yang levelnya tentu saja lebih tinggi dari sekedar ABG naif nan bodoh. Dan IQ-nya pun lebih tinggi. Sedangkan aku? terdiam, menangis, terdiam lagi, sampai akhirnya lupa sama sekali dengan eks-Pangeran dan sangat bersyukur karena telah 'dianugrahi' sifat pelupa ini. Hingga suatu hari......

Masih 2005

"Kenapa gak deketin si itu aja?". Begitulah bisikan dua orang teman yang terdengar ngaco tapi sedikit menggugah rasa penasaranku. Setelah bersikap naif, seperti biasa, akhirnya sifat alami yang terpendam dalam diriku pun muncul. Seducting. Alias menggoda. Jangan berpikir menggoda ala tante-tante yang sering ditampilkan dalam film, tapi menggoda yang memakai pendekatan halus. Teknikalnya cukup aku, dia dan para "pemeran" pembantu yang tau. Pelan tapi pasti got yaa..

2006

Senang? Iya, tapi hanya sesaat. Karena pendekatan yang memakan waktu menahun itu hanya menghasilkan waktu satu bulan. Mengenaskan. Perbedaan lokasi sekolah dan jadwal kegiatan akhirnya mampu memisahkan kita. 

2006-2009

Kami bahagia tapi dengan caranya masing-masing. Tetap berkomunikasi, bertukar cerita. Aku jujur apa adanya, dia tertutup. Dan ketertutupannya yang diam-diam seperti merenggut kebahagiaanku. Senyumku tidak sama lagi untuknya.

If I was given a chance to get him back, I would promise to not throw him away....

2011

Semua kembali normal. Semua berjalan lancar. Selancar internet yang baru berlangganan di rumah. Sebagai pengguna baru, segala macam sosial media rutin di-update. Tuntutan pergaulan. Dan di sana aku 'bertemu' dia lagi. Sebenarnya sebelum berbincang di sosial media pun kami sering saling memberi kabar. Walaupun kembali berstatus sebagai teman tapi rasa peduli itu tetap ada, tetap ingin menawarkan apa pun yang terbaik buat dirinya yang seringnya hanya dibalas dengan ucapan "tidak usah, terima kasih". 

Kembali berbicara banyak melalui sosial media membuat percakapan kami kembali intens. Mulai dari kegiatan sehari-hari sampai bernostalgia mengenai hubungan yang lalu. Dan sampailah pada saat itu. Saat dia menyatakan kembali keinginannya seperti dulu. Jawabanku?. Iya. 

2013

Banyak hal-hal yang jauh lebih berat yang dihadapi dan tentunya lebih dewasa. Ini bukan zaman SMA yang kalau bosan tinggal cari yang baru. Setidaknya pemikiranku dulu begitu. Keadaan kami berdua berbeda. Tapi justru perbedaan itu yang membuatku yakin kalau dialah penyeimbang yang aku cari selama ini. Aku hidup dengan segala kemudahan. Dia hidup dalam dunia perjuangan. Lama-kelamaan aku melihat dan mengamati, bahwa selama ini Yang Maha Kuasa memberikanku kesempatan untuk menjadi saksi dari seorang tokoh besar yang sedang tumbuh dan berjuang melawan segala keterbatasan. Dan bagaikan penonton yang setia, aku tidak akan melewatkannya. Pelan tapi pasti, semuanya akan terbukti...

Yang Akan Datang..

Mungkin terlalu angkuh bila seorang manusia membicarakan masa depan. Yang aku tau, doaku saat SMA terkabul. Sempat ada ragu untuk melanjutkan, tapi seperti biasa, dia berhasil mengembalikan keyakinan itu kembali. Tidak ada yang tau apa yang akan terjadi. Cerita malam ini kubiarkan tak terjawab. Kenapa? karena sang waktu yang akan menjawab melalui segala doa yang kami panjatkan..


23:47
Untuk seseorang yang kusebut "Penyeimbang".  

 


0 comments:

Post a Comment